BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuhan telah menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan dibanding dengan
makhluk lainnya. Manusia memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk
lain, ciri khusus tersebut adalah kemampuan untuk berpikir (homo
sapiens).
Manusia dengan berbagai fenomena alam tidak dapat
dipisahkan. Perkembangan alam pikiran manusia telah berkembang sejak lama,
dimana manusia akan selalu merasa ingin tahu dan akan berusaha untuk mencari
tahu jawaban dari rasa ingin tahunya tersebut. Manusia dengan akal pikirannya yang berbeda-beda
akan mencoba mencari pemecahan permasalahan dengan cara yang beragam. Ada yang
mencari jawaban dengan cara menduga-duga atau berpikir secara subjektif dan ada
juga yang menggunakan akal pikirannya untuk berfikir secara logis dan objektif.
Berbagai ilmu pengetahuan pada waktu yang akan datang dapat digunakan sebagai wahana
untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan. Baik
itu ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu lainnya akan sangat membantu manusia dalam
memecahkan masalah-masalah yang muncul. Akan banyak sekali muncul pertanyaan
yang berkaitan dengan perubahan-perubahan dan fenomena-fenomena yang terjadi
dalam kehidupan ini. Pertanyaan tersebut merupakan suatu pertanda adanya
masalah dan akan meningkat frekuensinya pada waktu yang akan datang dibanding
dengan pada saat ini.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, bukanlah perkara
yang mudah. Akan tetapi solusi untuk pemecahan masalah-masalah tersebut harus
ditemukan dan diinformasikan kepada masyarakat. Apalagi di era globlasasi
seperti saat ini, masyarakat perlu mendapatkan informasi-informasi yang cukup
dan memuaskan. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan mengenai
metode ilmiah dan implementasinya.
1.2. Rumusan Masalah
1. dari manakah metode ilmiah dalam pengetahuan didapatkan ?
2. apa sajakah syarat – syarat suatu pengetahuan dikatakan
ilmiah ?
3. bagaimana langkah – langkah operasional metode ilmiah ?
4. bagaimana kreteria metode ilmiah ?
5. apa sajakah kelebihan dan kekurangan metode ilmiah ?
6. bagaimana peranan
matematika terhadap ipa ?
7. apa yang dimaksud dengan ipa kualitatif & kuantitatif
?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dari mana metode
ilmiah itu didapatkan
2. Untuk mengetahui syarat suatu
pengetahuan dikatakan ilmiah
3. Unntuk mengetahui langkah – langkah
dalam metode ilmiah
4. Untuk mengetahui kreteria metode
ilmiah
5. Agar mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu metode ilmiah
6. Untuk memahami peran pentinng
matematika terhadap ipa
7. Untuk mengetahui dan memahami arti
dari ipa kualitatif dan kuantitatif
1.4. Manfaat Penulisan
Semog dengan penulisan makalah ini dapat dijadikan referensi
dalam membuat tugas khususnya yang berkaitan dengan metode ilmiah.dan dapat
bermanfaat bagi teman mahasiswa yang lain serta
dapat menambah wawasan tentang ilmu alamiah dasar khususnya mengenai
metode ilmiah dan implementasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Ilmiah
Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang
merupakan gabungan dari kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti) dan kata
benda hodos (jalan, cara, arah). Metode ilmiah berarti cara bertindak menurut
sistem aturan tertentu.
Menurut Yahya ( 2010 ) menjelaskan bahwa segala kebenaran
dalam ilmu alamiah terletak pada metode ilmiah. Sedangkan menurut Suastra, I
Wayan (2005) menyatakan bahwa metode ilmiah adalah cara dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah, yang merupakan sintesis antara berpikir rasional dan
bertumpu pada data empiris.
Jadi metode ilmiah adalah suatu caSra yang digunakan
untuk mendapatkan informasi-informasi (fakta-fakta) tentang berbagai fenomena
alam dan kehidupan yang disusun secara sistematis, objektif dan logis.
2.2. Syarat Metode Ilmiah
pengetahuan dapat dikatakan ilmiah
bila pengetahuan itu memenuhi empat syarat, yaitu : Objektif,Metodik,Sistematik,Dan
Berlaku Umum.
- Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya. Maksudnya adalah bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil pengindraan atau empiri.
Contoh : Galileo dapat dianggap tokoh perintis pengetahuan alam
karena ia pembrani menentang kepercayaan yang ada pada masa itu yang berlawanan
dengan hasil pengamatannya. Ia mengejarkan kepada murid-muridnya untuk
tidak begitu saja mempercayai ajaran Aristoteles dan hendaknya melakukan
eksperimen sertamembuat kesimpulan atas hasil observasinya itu. Singkatanya, Galileo
menddambakan kebenaran yang objektif atas dasar empiri.
- Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol.
- Sistematik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
- Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat di amati oleh seseoarang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Contoh : Melalui teropongnya Galileo menemukan adanya
gunung-gunung di bulan. Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo tetapi
setiap orang bila menggunaan teropong yang sama, yaitu bahwa di bulan ada
gunung-gunung.
2.3. Langkah – Langkah Operasional
Metode Ilmiah
Menurut Hendro, Dkk ( 2002 )
mengemukakan bahwa langkah – langkah operasional metode ilmiah dijabarkan dalam
langkah – langkah sebagai berikut : ( Ichan Aridanu , 2014 : 34 ).
1)
Perumusan masalah
Yang dimaksud dengan perumusan masalah disini adalah
merupakan pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang di
teliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang
mem-pengaruhinya.
2)
Penyusunan hipotesis
Yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan yang
menunjukan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja
didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai
jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu
observasi atau eksperimentasi.
3)
Pengujian hipotesis
Yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah
fakta-fakta yang mendukung dipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat
diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau melalui teleskop atau dapat
juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan
melalui pengindraan.
4)
Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui
analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan
itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta-fakta yang di
kumpulkan itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak mendukung
maka hipotesis itu di tolak. Hipotesis yang di terima merupakan suatu
pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian
dari pengetahuan.
2.4. Kriteria Metode Ilmiah
Suatu Pengetahuan harus memiliki kriteria metode ilmiah, sebagai
berikut :
1.
Berdasarkan fakta
Hal-hal yang didapatkan dari penelitian
seperti berbagai keterangan, penjelasan, atau uraian untuk digunakan dalam
analisanya harus berdasarkan fakta, bukan dari khayalan, perkiraan, legenda,
atau kegiatan sejenisnya.
2.
Bebas dari prasangka
Menggunakan prasangka dan pertimbangan
berdasarkan subjektif tidak termasuk dalam metode ilmiah, oleh karena itu dalam
penelitian ilmiah harus bersifat bebas dari kedua hal tersebut serta
menggunakan alasan dan bukti yang lengkap dan menggunakan pembuktian yang
objektif.
3.
Menggunakan prinsip analisa
Prinsip analisa digunakan untuk memberikan
arti terhadap fenomena yang kompleks. Tidak hanya itu semua masalah harus
dicari penyebab dan pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis.
4.
Menggunakan hipotesa
Hipotesa digunakan untuk menjadi pedoman
penelitian dan sekaligus pedoman pemecahan suatu masalah. Selain itu hipotesa
digunakan untuk membantu dalam menentukan data yang harus dikumpulkan sehingga
hanya informasi yang relevan dengan tujuan penelitian saja yang harus
dikumpulkan.
5.
Menggunakan ukuran objektif
Penggunaan ukuran yang objektif harus ada
dalam sebuah penelitian atau analisa. Karena dalam penelitian tidak benarkan
dengan menggunakan metode perkiraan, atau dengan perasaan.
6.
Menggunakan teknik kuantifikasi
Ukuran-ukuran yang dapat diperlakukan dengan
teknik kuantifikasi antara lain adalah ton, mm per detik, ohm, kilogram dan
sebagainya. Kuantifikasi yang paling mudah adalah dengan menggunakan ukuran
nominal, ranking, dan rating.
2.5. Kekurangan Dan
Kelebihan Metode Ilmiah
Kekurangan metode ilmiah sebagai berikut :
Semua kesimpulan ilmiah atau kebenaran
ilmiahy termasuk ilmu pengetahuan alam bersifat tentatif, yang artinya kesimpulan
itu dianggap benar selama belum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan
itu, sedangkan kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan ilmiah yang
terdahulu, menjadi kebenaran ilmu yang baru. Kekurangan lain dari metode ilmiah
adalah tidak dapat menjangkau untuk
membuat kesimpulan yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistem
nilai, tentang seni dan keindahan, juga tidak dapat menjangkau untuk menguji
adanya Tuhan ( Ichawan Aridanu, 2014 :34 – 35 ).
Sedangkan kelebihan dari metode ilmiah yaitu :
Ilmu atau IPA
mempunyai ciri khas yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum.
Dengan sifat – sifat tersebut , maka
orang yang yang berkecimpungan atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan
atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan atau terbimbing sedemikian rupa
hingga padanya terkembangkan suatu sikap metode ilmiah( Ichwan Aridanu, 2014 :
35 ).
2.6. Peranan Matematika Terhadap IPA
Menurut dugaan sejarah,
kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama tuanya dengan kemampuan
manusia untuk dapat berhitung, yaitu sekitar 100 abad yang lalu. Tulisan itu
pada hakekatnya simbol dari apa yang ia tulis ( Ichawan Aridanu, 2014
: 90 ).
Berhitung, pada awal
mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung. Misalnya
sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu dimasukkan
ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu kecil, maka
jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung batu-batu itu
ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau hilang atau malah
bertambah karena beranak.
Jadi, setiap awal kehidupan
manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk mengatasi setiap permasalahan
menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan matematika terhadap perkembangan IPA
sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA tidak akan
berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA menggantungkan diri dari metode
induksi. Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang mengetahui jarak antara
bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari, bahkan untuk menyatakan keliling bumi
saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan matematikalah maka Erathotenes (240
SM) pada zaman Yunani dapat menghitung besarnya bumi dnegan metode gabungan
antara induksi dan deduksi matematika sebagai berikut:
Pada tanggal 21 juni di
Syene (Mesir) pada tengah hari matahari berada tepat di atas kepala. Saat yang
mana di kota Alexandria yang jauhnya 500 Mil tepat berada disebelah utara Syene
matahari jatuh dnegan membentuk 7,4o . Ini dapat diukur melalui bayang-bayang
sebuah tongkat. Dengan asumsi bahwa bumi ini bulat maka keliling bumi atau
besarnya bumi dapat dihitung secara matematika. Erathotenes sampai pada
kesimpulan bahwa keliling bumi adalah 24.000 mil dan garis tengah bumi adalah
8.000 mil ( Ichwan Aridanu, 2014 :
91 ).
Hipparchus (150 SM) dapat
menghitung jarak bumi ke bulan. Perhitungannya diilhami oleh ajaran Aristoteles
yang menyatakan bahwa bulan terletak di anatar bumi dan matahari, juga diilhami
oleh gerhana bulan dimana bayang-bayang bumi pada bulan dipergunakan untuk
memperkirakan besarnya bumi. Ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke bulan adalah
24.000 mil.
Aristarchus
juga secara matematika mencoba menghitung jarak bumi ke matahari. Namun karena
kesalahan instrumen ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke matahari itu adalah 20
kali jarak bumi ke bulan, padahal jarak yang benar adalah 400 kali (Ichwan Aridanu, 2014 :
91 ).
Jadi, Matematika
dalam IPA memiliki peran dan hubungan erat baik dalam hal bahasa maupun
hitungan dan sebagainya. Matematika menjadi dasar perhitungan dan logika untuk
mempelajari ilmu – ilmu lain.
Sebagaimana yang telah kita dengar bahwa memank ilmu matematika adalah
gudangnya ilmu dari semua bidang ilmu yang ada ( Ichwan Aridanu, 2014 : 92 ).
2.7.
IPA Kuantitif dan Kuallitatif
Pada abad ke- 17
penemuan – penemuan yang diperoleh olehcopernicus sampai galilieo merupakan
perintis ilmu pengetahuan. Artinya ialah bahwa penemuan tersebut berdasarkan
empiri dengan metode induksi yang objektif dan bukan atas dasar dedukasi
filosofik seperti pada zaman yunani atas berdasarkan mitos ( Darnodjo, 2012 :
28 ).
Terkait
penjelasan diatas, maka Ilmu Pengetahuan Alam Kualitatif adalah penemuan –
penemuan berdasarkan empiri dengan metode induksi yang objektif dan bukan atas
dasar filosofik
Kesimpulan yang
dapat ditarik berdasarkan induksi ( eksperimen ) dan deduksi ( perhitungan
matematik atau statistik ). Jadi, IPA Kuantitatif adalah ilmu pengetahuan yang
dihasilkan oleh metode ilmiah yang didukung oleh data kuantitatif. IPA kuantitatif juga disebut IPA
modern.Berdasarkan uraian diatas, maka IPA dapat dibedakan antara IPA
kualitatif dan IPA kuantitatif atas dasar penarikan kesimpulan statistik (
Darnodjo,Dkk, 2012 : 28 – 29).
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
metode ilmiah adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan informasi-informasi (fakta-fakta) tentang berbagai fenomena alam
dan kehidupan yang disusun secara sistematis, objektif dan logis.
pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu
memenuhi empat syarat, yaitu : Objektif,Metodik,Sistematik,Dan
Berlaku Umum.
IPA Kuantitatif
adalah ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh metode ilmiah yang didukung oleh
data kuantitatif. IPA kuantitatif juga
disebut IPA modern.Berdasarkan uraian diatas, maka IPA dapat dibedakan antara
IPA kualitatif dan IPA kuantitatif atas dasar penarikan kesimpulan statistik.
3.2.
Saran
Adapun sedikit
saran dari penulis mungkin dalam penulisan makalah ini belum betul sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis menerima
saran dari teman mahasiswa yang lain agar kedepan nya makalah ini bias menjadi
yang lebih baik lagi
DAFTAR
PUSTAKA
Aridanu, Ichwan . 2014 . Ilmu Alamiah
Dasar . Palembang : Universitas PGRI Palembang.
Darndjo, Rahma . 2012 . Ilmu Alamiah
Dasar . Jakarta : Rajawali Pers.
Jasin, Maskoeri . 2008 . ilmu alamiah
dasar . Jakarta : Rajawali Pers.